Senin, 29 September 2014

Aku Cintanya Sama Kamu

       Semua berawal saat aku pindah sekolah dan menjadi siswa SMP. Tak kusangka perasaan yang kurasakan sampai saat ini terjadi. Perasaan yang tak pernah dapat ku leyapkan dari otak dan pikiran ku saat ini. Perasaan yang selalu menyiksaku dari tahun ke tahun.
“Dapat salam dari temanku.” kata kata itu yang tak pernah ku lupa sampai saat ini. Sampai sudah 6 tahun ini kata-kata itu masih saja terngiang di telingku. Kata yang pernah diucapkan seseorang pertama kali bertemu.
Waktu berlalu begitu cepat, hingga tidak terasa sudah 2 tahun aku duduk di bangku SMP. Suatu ketika… bel istirahat berbunyi, seluruh anak-anak bergantian keluar kelas begitu pula dengan ku diikuti teman-teman yang lain. Dengan menaiki anak tangga kami berhamburan dari kelas dengan tujuan yang sama yaitu kantin. Tiba-tiba seseorang menghampiriku serta membisikan sesuatu di telingaku kemudian berlalu seraya tersenyum. Entah apa yang ku fikirkan saat itu, jantungku tiba-tiba berdetak makin kencang dan cepat, seluruh tubuhku terasa kaku hingga tak mampu melangkah, mataku enggan beranjak memandangi langkahnya yang semakin menjauh.
“Ray.” panggil seseorang tiba-tiba mengejutkanku dan membuyarkan segala lamunanku. dengan memasang wajah terkejut aku hanya mampu menoleh dan tersenyum sipu terhadap Wita. yah.. suara yang mengejutkanku itu adalah teman sebangku denganku yang sebenarnya sejak tadi memang sudah ada di sampingku. mungkin jika tidak disadarkannya tadi aku sudah terjatuh dari anak tangga ni.
“kenapa si Ray” tambahnya lagi pesaran dengan sikapku barusan. “ngomong apa cowok itu sama kamu?.” lanjutnya menghujaniku dengan pertanyaan tanpa membiarkanku menjawab dulu satu persatu.
“ah, gak kok, yuk ke kantin.” jawabku seraya menariknya lanjut berjalan ke kantin.
Semenjak pertemuan tempo hari itu, perasaan deg deg an di hatiku ini tak kunjung hilang. rasanya jantung ini terus berdetak cepat dan tak karuan bahkan lebih kencang dari awal pertama rasa ini tumbuh. apakah ini yang dikatakan banyak orang cinta pada pandangan pertama? apa iya ini yang namanya jatuh cinta? tapi saat itu umurku baru menginjak 13 tahun, rasanya belum terlintas apa itu yang namanya jatuh cinta. aku langsung buru-buru membuang fikiran runyam kala itu dengan mempunyai sebuah argumen bahwa kalau memang itu cinta aku yakin itu hanyalah cinta monyet.
Entah dimulai darimana dan dari sebab apa tak disangka kami malah menjadi akrab, kami menjadi teman baik mekipun dia adalah siswa SMA, kami cukup dekat terlebih ada salah satu temannya yang menyukai diriku membuat kapasitas pertemuan kami menjadi terbilang sering. Selain itu salah satu dari mereka adalah saudara sepupuku tambahlah keakraban kami. mereka adalah 3 sahabat, Fery cowok yang kubicarakan sejak tadi, Riyadi cowok yang menyukaiku serta Sanusi sepupuku.
Wita teman sebangku denganku serta teman-teman lainnya sudah mengetahui perihal tentang Riyadi, hampir semuanya meledekku dan selalu menyebut-nyebut nama riyadi begitu juga Fery dialah yang mengatakannya padaku terlebih dahulu, sungguh situasi yang tak ku inginkan kala itu, mengapa tak ada yang memahamiku bahwa aku sudah punya pilihan lain, tidakkah dia sadari bahwa bukan sahabatnya yang ku perhatikan sejak awal. Tak ku sangka keadaan menjadi rumit saat Riyadi menyatakan cintanya padaku, awalnya aku sudah sangat yakin untuk tidak menjalin suatu hubungan spesial dengannya karena bukan dialah yang kuinginkan.
Suatu ketika kudengar kabar yang sangat mengejutkan, tapi mungkin ini hanya mengejutkan untukku, hatiku bagai disambar petir hancur berantakan.
awalnya aku bertanya “Yadi, kayanya Fery deket ya dengan Kia?”
“loh, emangnya selama ini kamu gak tau mereka jadian.” sungguh jawaban yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, bagai dihimpit ratusan bahkan ribuan manusia yang membuat dada ini menjadi begitu sesak, bahkan rasanya bibir ini tak mampu bergerak kembali. jawaban apa yang barusan ku dengar? pertanyaan apa yang ku layangkan tadi? ternyata rasa yang kufikir hanyalah cinta monyet ini masih melekat di hatiku, sehingga hati ini begitu kacau mendengar hal tersebut. kekacauan itu tak berakhir disitu saja, bayangkan aku harus melihatnya setiap hari bersenda gurau dengan wanita lain, melihat senyum yang telontar dari bibirnya yang manis itu untuk wanita lain, melihatnya begitu perhatian terhadap wanita lain. Rasanya lebih baik dicambuk ratusan kali dibandingkan harus berada disituasi seperti ini.
Kia, yah… itulah nama wanita beruntung itu. wanita yang mampu memikat hati fery orang yang selama ini kuperhatikan. Dia adik kelas Fery dan adik kelasku juga, gadis berkulit putih mulus, berwajah mungil duduk di kelas 1 SMA 2 tahun lebih muda dari Fery.
“Ray..” panggil Riyadi heran melihat raut wajahku saat ini “kamu baik-baik aja kan?” lanjutnya memeperhatikanku.
Eh, gak apa-apa kok.” jawabku sambil memaksakan bibir ini tersenyum meskipun mata ini sudah menunjukan terdapat kristal kristal yang sepertinya akan segera keluar jika tak ditahan. Namun entah apa yang merasukiku kala itu, aku tak sedikit pun berniat tuk menjauh darinya, tak terfikir olehku jika aku tak dapat melihatnya lagi, hanya satu yang kufikirkan saat itu yaitu bagaimana caranya aku dapat tetap dekat dengannya meskipun ia milik orang lain dan tanpa menimbulkan kecurigaan sedikitpun di antara kami. Akhirnya kuputuskan untuk menerima Riyadi menjadi kekasihku.
Keakraban kami semakin jauh bahkan kami sering pergi bersama-sama, makan dan jalan pun hampir kami lakukan bersama-sama. Tidak hanya aku dan Riyadi juga Fery dan Kia tapi juga dengan Sanusi dan Tia. Tia adalah sahabat Kia yang amat sangat menyukai Sanusi tapi sayang Sanusi tidak menyukainya namun mereka berkomitmen untuk tetap behubungan baik dan membiarkan perasaaan mereka mengalir mengikuti arus yang ada, tidak beda halnya denganku cintanya bertepuk sebelah tangan tapi ia lebih beruntung karena Sanusi mengetahui segala isi hatinya dan menghargai perasaannya dengan tetap selalu menemaninya kapanpun Tia butuh. Itu semua adalah buah hasil keberanian yang ditunjukan Tia, wanita yang berani mengungkapkan terlebih dahulu pernyataan cinta berbeda denganku yang hanya mampu memandanginya dari kejauhan dan mencintainya diam diam.
Banyak sudah kenangan-kenangan yang kami lalui, dari jalan-jalan ke daerah senin sekedar cari buku-buku pelajaran yang murah meriah, jalan-jalan keragunan, pergi ke rumah teman serta main di tengah sawah. itu semua kami lakukan bersama-sama. Dilihat dari kejauhan seperti tiga sepasang kekasih yang sangat bahagia, namun tetap saja perasaan ku terhadapnya tak pernah berubah dan selalu ia yang kupandang dan kuperhatikan acap kali kami pergi bersama. Bahkan tak jarang aku diliputi rasa cemburu tatkala aku harus melihat ia dengan kekasihnya di depanku. Semua itu berlangsung secara terus menerus hingga kami sama-sama duduk di kelas 3.
Kemudian di semester akhir hubunganku mulai retak yang mengharuskanku berpisah tanpa kata dengan Riyadi. Meski begitu aku tak merasa terluka bahkan rasa yang kurasakan bukan lah terluka melainkan rasa bersalah terhadap Riyadi yang selama ini hanya kumanfaatkan. Yang selama ini ada di sampingku namun tak pernah kulihat sedangkan perasaanku padanya tetap tumbuh subur di hati. Sampai akhirnya kudengar berita keretakan hubungannya.

“Fery, lagi apa?” tukasku membuka obrolan saat kulihat ia sedang duduk sendiri di pinggir lapangan tempat kami biasa berolahraga. Kami sudah jarang bertemu semenjak keretakan hubunganku dengan Riyadi. Kami saling sibuk satu sama lain yang sama-sama sedang menghadapi ujian sekolah.
“Hey Ray, lagi istirahat ni bis main bola sama anak-anak.” sahutnya dengan senyuman manisnya yang pernah kutemui pertama kali melihatnya. “baru datang yaa.” lanjutnya meneruskan obrolan.
“iya… Fery putus ya sama Kia?” kuberanikan ikut campur dalam masalah percintaannya.
“iya, Ray,”
Entah ekspresi apa yang harus ku keluarkan di hadapannya saat ini. Apa aku harus berbahagia karena itu berarti aku masih dapat kesempatan yang pernah kuharapkan dulu, atau ikut bersedih dengannya. “memangnya kenapa Fery?” kucoba menata hatiku untuk tetap berusaha perduli.
“Dia bilang aku gak perhatian, kami bertengkar karena badminton Ray.” Tak kusangka ia mau berbagi cerita denganku. Badminton memang adalah hobinya, cowok berbintang scorpio ini sangat hobi dengan badminton wajar kalau Kia kekasihnya itu cemburu karena bagi Fery pertandingan badminton sangat penting. Oh ya ia juga sangat menyukai J-rock dan menyukai sepak bola. Ia juga suka makanan pedas dan pandai bermain gitar.
Sungguh amat tak kusangka pertemuanku saat itu adalah pertemuan terakhir kami. Setelah itu kami tak lagi banyak bicara apalagi bertemu, bahkan sampai di acara perpisahan sekolah aku hanya mampu memandanginya dari kejauhan. Kala itu ia mengenakan kemeja kotak-kotak pink merah bermain gitar di acara perpisahan dengan memainkan beberapa lagu. Pemandangan ini kini akan menjadi salah satu kenangan terindahku di masa sekolah. Kenangan manis saat ia meledekku dengan kata-kata yayank, sikapnya yang cuek terhadapku tatkala sama-sama menyantap es doger dengan sendok yang sama serta segala tingkah jailnya yang tak akan mungkin kulihat lagi.
Kini aku sudah lulus sekolah, dan bekerja menjadi karyawati sebuah perusahaan swasta. Hidupku berjalan lancar dan sungguh menyenangkan, sebagai pekerja aku disibukkan dengan aktifitas di pekerjaan. Meski sekarang hidupku sudah jauh lebih baik tapi Fery tak pernah luput dari otakku, aku masih sangat amat rapi menyimpan foto2nya serta masih mengikuti segala kegiatannya setelah lulus. Aku tahu dia lulus sekolah kuliah dimana, aku tahu dia masih belum memiliki kekasih setelah cintanya dengan Kia kandas. Aku masih trus memperhatikannya meskipun lewat facebook atau sekedar bertanya pada temannya yang kebetulan kutemui. Bahkan alih-alih menerima cinta dari lelaki lain dan mencoba mencintai lelaki lain tak jua menghilangkan perasaan ini.
Sampai suatu ketika ia komentari statusku di facebook, yang kemudian berujung tukaran nomer telefon, tanpa kami sadari kami sering komunikasi, suatu ketika tepatnya malam minggu.
Masih di tempat kerja Ray
Tiba tiba sms meluncur di hpku. Betapa terkejutnya kala itu hati ini, betapa bahagianya setelah kubaca pesan tersebut.

Masih, pulangnya jam 10an Fery. Fery sendiri lagi apa?
Bunyi balasan yang kulayangkan padanya disertai senyuman manis di bibirku yang sebenarnya tak mungkin dilihat olehnya. Smsan terus berlanjut sampai berujung pada tawaran untuk menjemputku.
Ya Allah… sedang mimipikah aku saat ini? Sedang berhayalkah aku sekarang? jika memang ini mimpi tolong jangan pernah bangunkan aku, jangan pernah buatku terjaga dari tidur yang menyenangkan ini.
Gumamku penuh dengan harapan. Jantungku rasanya semakin cepat berdetak perasaan yang sama dengan 6 tahun yang lalu kala ia pertama kali menghampiriku. Tak mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan yang selama 6 tahun ini aku tunggu aku pun menerima tawarannya untuk menjemputku.
Kami menyusuri malam tanpa berbicara, rasanya mulut enggan mengucapkan kata-kata. Dengan melihatnya dari belakang saja sudah membuatku amat bahagia. Kami berhenti untuk makan bakso, tak ada yang banyak kami bicarakan kami hanya saling bertanya kabar satu sama lain.
“kok diam aja, Ray?” tukasnya membuka obrolan.
Aku hanya mampu tersenyum dan mencoba tuk tetap tenang menyantap bakso yang sedang ku makan.
“Fery kurusan ya…” aku beranikan tuk menciptakan pembicaraan di antara kami meskipun rasanya tenggorokan ini sudah susah menelan.
“aahh, masa si, Ray…” sahutnya dengan tambahan senyuman itu. “malahan ini naik loh..” tambahnya.
Kedekatan kami berlanjut, sudah 3 kali malam minggu ia menjemputku tapi hanya sekedar sampai disitu saja rasanya ingin sekali kukatakan apa yang kurasakan selama ini, ingin sekali ku ucapkan apa yang harusnya ku ucapkan saat 6 tahun yang lalu. Mungkinkah kali ini adalah kesempatan kedua yang diberikan untukku.
Suatu hari turun hujan sangat deras tepat jam pulang kerjaku saat itu, karena sudah malam dan hujan, angkot yang biasa kutumpangi jadi jarang, alhasil aku menunggu cukup lama. Tiba tiba ia sms dan menanyakan apakah aku sudah di rumah.
“Belum ni, Fer, hujannya deres banget angkotnya jadi lama banget.” Bunyi sms balasanku.
“kriiinnggg…” tidak lama kemudian hpku berdering.
“halo, Ray lagi dimana? udah dapet angkotnya?.” tak kusangka suara itu adalah Fery, Fery di balik suara yang menghujaniku dengan bertubi-tubi pertanyaan dengan nada yang sepertinya penuh dengan perhatian. “Ray, hujannya deres banget niii, emang gak ada yang jemput?” lanjutnya terus bertanya tanpa menunggu jawabanku untuk pertanyaan yang sebelumnya.
“iya ni deres, gak ada Fer.” jawabku dengan nada panik serta perasaan bahagia di tengah deresnya hujan.
“ya udah emang lagi dimana, tunggu deh. Fery jemput ya.”
Bagai melihat pelangi di tengah hujan, laksana berada di tengah-tengah ladang bunga rasanya ingin sekali aku langsung katakan “IYA”, iya Fery aku menunggu mu disini, cepatlah datang Fery.
Namun entah apa yang merasuki tubuhku kala itu, pada akhirnya yang ku katakan adalah sebaliknya, apa yang ku katakan bukanlah yang ingin ku katakan. Aku hanya telah membuang kesempatan yang telah ku tunggu selama ini. Aku benar-benar tidak bisa memanfaatkan situasi saat itu. Rasanya amat sangat menyesal sekali.
Suatu hari aku minta tolong pada temanku untuk masukan foto-foto dalam akun facebookku, ku berikanlah password facebookku padanya karena kala itu aku belum mempunyai laptop atau hp yang bisa ku gunakan utuk upload foto. Tapi tak kusangka temanku itu telah merubah pengaturan privasiku tanpa sepengetahuanku, ia merubah bahwa aku telah menjalin hubungan dengannya.
Aku tidak mengetahui hal itu sampai pada saat ku terima sms dari seseorang.
“Ray, selamat yaa… itu cowok kamu ya, ternyata kamu udah punya cowok ya?.” Dalam sekejap hatiku hancur berkeping-keping, bagaimana bisa Fery mengirimkan sms seperti itu. Bagaimana bisa ia mengatakan hal demikian disaat hatiku ini hanya miliknya.
“Ngomong apa si Fery, cowok mana?.” balasku dengan sungguh ketidak tahuanku akan hal ini.
“Itu di facebook kamu telah berpacaran,”
Setelah aku melihat akun facebook saat itu betapa kagetnya aku, langsung buru-buru ku hapus.
“Salah paham deh Fery, itu bukan kekasihku waktu itu minta tolong masukan foto.”
“Gak usah malu gitu kali, selamat ya.”
Rasanya ingin aku menemuinya dan katakan semuanya, ingin langsung ku bilang bahwasanya aku cintanya sama kamu. Namun kemudian aku berfikir untuk apa aku menjelaskan padanya sedangkan sepertinya ia tak tertarik mendengarkan. Terlebih saat kemudian ku lihat dia telah membatalkan pertemanan kami, tak kulihat lagi ia menjadi teman di akun facebookku. Tanpa menunggu penjelasanku, tanpa berkata apa-apa lagi, tanpa mencoba tuk mendengarkanku ia menghapus kontakku dalam akun facebooknya. Satu-satunya tempat dimana selama ini aku dapat tetap tahu keberadaannya meskipun tak saling bertemu, tempat dimana aku melepas rasa rinduku padanya hanya dengan melihat foto-fotonya dan tempat dimana aku dapat tahu apa yang sedang ia kerjakan dengan melihat status status yang ia tulis.
Ia telah mendorongku jauh dari kehidupannya dengan membatalkan pertemanan kami di facebook. yang juga membuktikan bahwa ia memang tidak pernah mengharapkan kehadiranku. aku memang terlalu berfikir banyak. namun pertanyaan yang ada dalam hatiku tak pernah hilang.
Apakah ia akan bilang iya jika waktu itu kukatakan suka?
Apakah ia akan menoleh jika saja kukatakan bahwa ia yang ku suka?
Apakah ia marah atau cemburu saat ia tahu bahwa aku telah memiliki kekasih?
Sampai kapanpun pertanyaan-pertanyaan itu tak akan mungkin terjawab. Aku tak mungkin memiliki kesempatan yang ketiga. Tapi aku cukup puas pernah menyukainya. Jika ada kesempatan lagi entah di lain kehidupan aku hanya ingin katakan AKU CINTANYA SAMA KAMU.




Unsur Intrinsik

1.        Tema
Kehidupan percintaan

2.        Alur / Plot / Jalan cerita
Alur maju

3.        Karakter / Penokohan
Ray        : Sabar, ceria, pintar memendam perasaan
Fery       : Ceria, jahil, perhatian
Riyadi   : Sabar, perhatian
Sanusi    : Ceria
Kia        : Ceria
Tia         : Pemberani, ceria

4.        Setting / Latar peristiwa
-      Waktu    :      siang dan malam hari
-      Tempat  :      sekolah, perkantoran, lapangan
-      Suasana :      gembira, sedih

5.        Amanat
Berlaku dan berkata jujurlah sebelum terlambat dan berubah menjadi penyesalan

6.        Sudut pandang
Orang pertama pelaku utama


Unsur Ekstrinsik

1.        Latar Belakang Pengarang       :
2.        Unsur religius                           : Berdoa kepada Tuhan YME
3.        Unsur Psikologis                      :
4.        Unsur Pendidikan                    : Bersekolah

Nilai-Nilai Dalam Kehidupan Sehari-Hari

1.    Nilai Moral   : Jujur dalam mengungkapkan perasaan
2.    Nilai Sosial   : Membantu memasukkan foto-foto ke dalam facebook

3.    Nilai Religi   : Berdoa kepada Tuhan YME

Tidak ada komentar:

Posting Komentar